Rabu, 21 Maret 2012

DRAMA BAHASA INDONESIA


Zahra dan Gita merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suata hari ketika keluarga Gita jatuh miskin, Zahra pun tak ingin lagi bersahabat dengan Gita. Suatu siang ketika Gita, Zahra, Zahra, Intan dan Fina sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Gita dengan berat hati mengatakan kepada Zahra untuk membantunya. Karena menurutnya Zahra lah yang bisa menolongnya dan Zahra merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah Zahra balik menghina Gita.
Gita : Zahra, bisakah kau menolongku sedikit saja?
Zahra : Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong?
Gita : Kenapa dengan mu Zahra? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu?
Zahra : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang yang kaya.
Fitria : kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu.
Gita : Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Zahra?
Zahra : Baik-baik saja?
Gini ya Nui, tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah deh.
Fitria: Jangan begitu Zahra. Bukannya kau dan Gita memang bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang Gita dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya.
Fina : Betul itu kata Nui. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu. Kasian kan dia.
Intan : Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini?
Zahra : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing.
Fina : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu dan Gita berakhir seperti ini.
Zahra : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian.
Intan : Setan apa yang merasuki kamu itu zahra? Bisa-bisanya kamu berbuat begitu kepada Gita. Bukankah selama ini kamu yang selalu saja membela-bela Gita ketika ada masalah?
Fitria : ya itu hanya kamu yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, kamu hanya mau berteman dengan orang yang Kaya saja iya kan?.
Fina : Pantas saja.
Intan : Pantas apanya?
Fina : sudahlah
Zahra : iya emang kenapa? Ini kan urusan aku, hak aku untuk memilih teman yang pantas berteman dengan aku, bukan teman seperti dia,, orang miskin, aku gak lefel mempunyai teman seperti kamu Gita,
Fitria : hey apa apaan kamu, jaga mulut kamu ya? seenaknya bicara begitu tanpa memikirkan hati orang lain,
Fina : sudahlah Gita jangan dimasuki ke hati pembicaraan dia, dia itu sedang dirasuki oleh setan yang terkutuk, jadilah dia seperti itu,
Gita : iya aku maafkan pembicaraan dia tadi,
Intan : tidak bisa gitu donk, itu kan penghinaan namanya, aku termasuk teman kamu jadi aku merasakan apa yang kamu rasakan Gita,, sakit sekali rasanyadihina seperti itu,
Zahra : kalian membela dia? Apa untungnya kalian membela dia, dia itu pantasnya mengais ngais sampah di pinggiran jalan, bukannya di bela seperti itu,
Fina : sudahlah Zahra, begitu-begitu Gita itu sahabatmu.
Gita : tak sepantasnya kamu menghina ku, iya, orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku, Tetapi aku mempunyai perasaan, dan perasan itu hancur karena kamu sudah menghinaku,
Intan : Mulia betul hati mu sobat.
Zahra : haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu? kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia.
Gita : Tega sekali kau berkata begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan pembelajaran bagi ku. Terima kasih Zahra.
Akhirnya Gita pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk.
Fitria : sudah puas kau menyakiti dia? ingat Zahra, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang Gita rasakan sekarang.
Intan dan Fina : Betul itu.
Zahra : haha. Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi.
Lalu  sambil tertawa Zahra pun jalan meninggalkan mereka bertiga.
Intan : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja.
Fitria : ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita
Fina : ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Gita.
 mereka bertiga akhrinya pulang ke rumah masing masing .
 Dan ketika semuanya telah terjadi, Zahra pun merasakan apa yang dulu Gita rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Zahra tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Gita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 21 Maret 2012

DRAMA BAHASA INDONESIA


Zahra dan Gita merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suata hari ketika keluarga Gita jatuh miskin, Zahra pun tak ingin lagi bersahabat dengan Gita. Suatu siang ketika Gita, Zahra, Zahra, Intan dan Fina sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Gita dengan berat hati mengatakan kepada Zahra untuk membantunya. Karena menurutnya Zahra lah yang bisa menolongnya dan Zahra merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah Zahra balik menghina Gita.
Gita : Zahra, bisakah kau menolongku sedikit saja?
Zahra : Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong?
Gita : Kenapa dengan mu Zahra? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu?
Zahra : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang yang kaya.
Fitria : kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu.
Gita : Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Zahra?
Zahra : Baik-baik saja?
Gini ya Nui, tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah deh.
Fitria: Jangan begitu Zahra. Bukannya kau dan Gita memang bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang Gita dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya.
Fina : Betul itu kata Nui. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu. Kasian kan dia.
Intan : Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini?
Zahra : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing.
Fina : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu dan Gita berakhir seperti ini.
Zahra : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian.
Intan : Setan apa yang merasuki kamu itu zahra? Bisa-bisanya kamu berbuat begitu kepada Gita. Bukankah selama ini kamu yang selalu saja membela-bela Gita ketika ada masalah?
Fitria : ya itu hanya kamu yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, kamu hanya mau berteman dengan orang yang Kaya saja iya kan?.
Fina : Pantas saja.
Intan : Pantas apanya?
Fina : sudahlah
Zahra : iya emang kenapa? Ini kan urusan aku, hak aku untuk memilih teman yang pantas berteman dengan aku, bukan teman seperti dia,, orang miskin, aku gak lefel mempunyai teman seperti kamu Gita,
Fitria : hey apa apaan kamu, jaga mulut kamu ya? seenaknya bicara begitu tanpa memikirkan hati orang lain,
Fina : sudahlah Gita jangan dimasuki ke hati pembicaraan dia, dia itu sedang dirasuki oleh setan yang terkutuk, jadilah dia seperti itu,
Gita : iya aku maafkan pembicaraan dia tadi,
Intan : tidak bisa gitu donk, itu kan penghinaan namanya, aku termasuk teman kamu jadi aku merasakan apa yang kamu rasakan Gita,, sakit sekali rasanyadihina seperti itu,
Zahra : kalian membela dia? Apa untungnya kalian membela dia, dia itu pantasnya mengais ngais sampah di pinggiran jalan, bukannya di bela seperti itu,
Fina : sudahlah Zahra, begitu-begitu Gita itu sahabatmu.
Gita : tak sepantasnya kamu menghina ku, iya, orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku, Tetapi aku mempunyai perasaan, dan perasan itu hancur karena kamu sudah menghinaku,
Intan : Mulia betul hati mu sobat.
Zahra : haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu? kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia.
Gita : Tega sekali kau berkata begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan pembelajaran bagi ku. Terima kasih Zahra.
Akhirnya Gita pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk.
Fitria : sudah puas kau menyakiti dia? ingat Zahra, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang Gita rasakan sekarang.
Intan dan Fina : Betul itu.
Zahra : haha. Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi.
Lalu  sambil tertawa Zahra pun jalan meninggalkan mereka bertiga.
Intan : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja.
Fitria : ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita
Fina : ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Gita.
 mereka bertiga akhrinya pulang ke rumah masing masing .
 Dan ketika semuanya telah terjadi, Zahra pun merasakan apa yang dulu Gita rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Zahra tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Gita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar